Thursday 9 April 2015

Kecewa dengan Jokowi?

Tanya (T):  Tuh kabarnya Jokowi banyak ngaconya sekarang. Kecewa dong milih dia?
Jawab (J):  Kalau saya ditanya apakah kecewa dengan kepemimpinan Jokowi yang lemah dan banyak cacatnya, saya kecewa. Dan sebagai rakyat biasa, saya harus mengkritisi Jokowi atau siapa saja yang memimpin Negara ini. Tapi saya tidak pernah kecewa memilih dia.
T: Kok bisa? Kan ente salah pilih?
J: Saya tidak pernah merasa salah pilih.  Saya merasa saya memilih yang terbaik dari dua pilihan itu. saya bangga menghentikan Prabowo untuk melangkah sebagai presiden Indonesia. Bagi saya,  kecewa dengan langkah Presiden Jokowi tidak berhubungan dengan kecewa salah pilih. Bisa keduanya, tapi tidak dengan saya.
T: berarti tidak konsisten dong?
J: bagi saya, dan seringkali saya katakan, sekarang sudah bukan jamannya pilpres. Jadi, tidak usah berdebat yang kontraproduktif antara pro jokowi, anti jokowi, pro prabowo, anti prabowo. Itu masa sudah lewat. Sekarang adalah masanya kembali menjadi warga Negara biasa (kecuali kalau memang anggota parpol tertentu).  Kita lihat apakah presiden dan DPR berpihak pada rakyat atau tidak. Kalau dianggap tidak merakyat, tidak adil, dll, kita sikat, tidak pandang bulu apakah dari kubu Jokowi atau Prabowo. Yang ada sekarang adalah pro-rakyat atau tidak.
T: tapi itu, banyak yang beredar kalau saya tidak salah pilih
J: saya rasa, kita adalah manusia, bukan Tuhan, dan tidak akan pernah jadi Tuhan. Dan, hingga sekarang, belum ada bukti dunia pararel. Tidak ada yang pernah tahu apakah kalau PRabowo yang berkuasa akan lebih baik atau lebih buruk. Dan tidak ada gunanya juga berdebat soal ini, karena ini masalah keyakinan, yang akan mengembalikan kita ke jaman pilpres.  Karena kita tidak pernah tahu kalau Indonesia dipimpin Prabowo, jadi kita tidak pernah tahu apakah kita salah pilih atau tidak. Justru, sekarang  kesempatan bagi kubu Prabowo (KMP) untuk membuktikan dirinya sebagai oposisi yang baik, silahkan berbakti dengan cara mengkritisi pemerintah dengan menjalankan  fatsoen politik.
T: Tapi ente kecewa kan sama Jokowi?

J: Yah, ada kecewanyalah.  Tapi, saya tekankan lagi, ini bukan era dimana kita bela atau anti seseorang mati-matian (dengan berbagai prasangka baik dan buruknya, dan di tengah era photoshop dan kita sebagai konsumen media yang kadang tidak verifikasi, dan rentan dengan fitnah), atau meledek-ledek :”nyenyenyenye…tuh kan, jagoan lo payah. Jagoan gue keren”. Bagi saya itu kekanak-kanakan. Sebaiknya rakyat biasa yang kecewa bersinergi, daripada saling ejek. Kecewa dan nyinyir itu dua hal yang berbeda. Dan banyak juga simpatisan dan bahkan relawan Jokowi yang sekarang mengkritisi pemerintah.  Memang sudah seperti itu alaminya, kembali menjadi rakyat, kembali mengkritisi siapapun presidennya. Tapi bukan berarti orang-orang yang tadinya pro Jokowi terus mengkritisi itu otomatis salah pilih, atau otomatis nyebrang ke kubu sebelah.  Pilihannya bukan on/off semacam itu. Dalam banyak kasus, menyampaikan kritik adalah tanda sayang.