Tuesday 19 July 2016

Pendidikan Anak di Inggris

Di Inggris, anak dari umur 3 tahun (playgroup), 4 (reception) hingga year 9 gratis, kalau di sekolah negeri.  bua cari tahu yang dekat rumah atau mutu sekolah, cek angka ofsted-nya. misalnya di sini: http://dashboard.ofsted.gov.uk/ 

Kalau anak di bawah 3 tahun, bisa ke penitipan anak (day care atau Childcare), tapi bayar. dan cukup mahal.
Dan kadang, kalau ada acara, ada tempat penitipan anak (creche).

Di UK,  kode pos sangat penting buat cari rumah, sekolah, dll. Jadi, kalau mau cari online, masukkan kode pos rumah buat cari yang dekat2. Kalau tak salah, di Google Maps ada informasi juga untuk sekolah.

Untuk pendidikan Islam di Bristol, ada Andalusia Academy, seksi anak di DALMO,  dan BTIT.  Cek di sini juga

Saturday 9 July 2016

Lebaran 2007: Presentasi di Kampus, Amsterdam.

Pertengahan Agustus 2007, saya tiba di Amsterdam untuk persiapan kuliah master di Universiteit van Amsterdam yang akan dimulai awal September. Saat awal perkuliahan, sudah ada diskusi soal jadwal presentasi. Saya memilih 12 Oktober.
Tanpa saya sadari, itu adalah hari raya Idul Fitri. Dan, sepertinya sudah tak bisa diubah lagi.
Maka, jadilah saya presentasi di hari Lebaran, sekitar pukup 9 pagi. Artinya, saya melewatkan momen Shalat Ied dan silaturahim di Masjid Indonesia dekat flat saya (Osdoorp).
Tapi saya tak melewatkan makan-makan bersama gang Koestraat di rumah mas Irwan dan Mbak Debby di daerah pusat kota.

Saya ingat, presentasi saya tentang Ear dan berhubungan dengan film Mukhsin karya Yasmin Ahmad. Presentasi itu saya tulis ulang dan dimuat di RumahFilm.org.


Thursday 7 July 2016

Lima Hal Seputar Lagu “Hari Lebaran” Karya Ismail Marzuki

“Minal Aidin wal Faizin,
Maafkan Lahir dan Batin,
Selamat Para Pemimpin,
Rakyatnya makmur terjamin”.

Lirik lagu di atas adalah refrain dari lagu “Hari Lebaran” karya Ismail Marzuki. Lagu yang popular di era 1950an oleh Lima Seirama  ini masih tetap terkenal hingga di era sekarang. Apa saja hal-hal menarik tentang lagu ini?
1.      Minal Aidin = Maaf Lahir Batin?
Setiap mau Hari Raya Idul Fitri, banyak orang yang memperingatkan bahwa “Minal Aidin” itu bukanlah bermakna “Maaf Lahir Batin”.  Juga ada yang sibuk menerangkan bahwa saling memaafkan di Hari Raya tidak lazim di banyak tempat, dan hanya terjadi di Indonesia (dan juga Malaysia).  Biasanya, dianjurkan untuk mengucapkan “Taqabballallu Minna Wa Minkum” (Semoga Allah menerima <Ibadah> kami dan kalian). Dalam tradisi lainnya, ada ucapan “Eid Mubarak” atau “Eid Said” (Selamat Hari Raya), dan “Kullu ‘Amin Wa Antum Bikhoirin” (Semoga Kita mendapatkan kebaikan sepanjang tahun”.

Tentu saja, “Minal Aidin” adalah juga bagian dari doa Hari Raya, yang intinya adalah mendoakan “Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang kembali (ke fitrah) dan mendapatkan Kemenangan (Takwa)”.  Doa ini, kabarnya,  pertama kali diucapkan oleh   seorang penyair pada masa keemasan Andalusia,  Shafiyuddin Al-Huli. Ucapan ini, dan juga tradisi saling memaafkan, masih bisa diperdebatkan, tapi saya berpendapat bahwa ini bersifat kultural, seperti ucapan Kullu Amin atau Eid Mubarak.
Lepas dari perdebatan di atas, saya menduga, lagu ini adalah yang turut mempopulerkan dan/atau menangkap jiwa zaman 1950an istilah “Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin”,  yang sekarang lazim diucapkan saat Idul Fitri di bumi nusantara.

2.      Termasuk Paling Banyak Didaurulang
Lagu ini sangat terkenal, bahkan hingga ke negeri jiran. Malaysia. Seniman terbesar negeri itu, P Ramlee menyanyikan lagu ini di tahun 1977, dengan sedikit  penyesuaian lirik berdasarkan Bahasa Melayu (“Maafkan Zahir dan Batin”, misalnya). Lagu ini juga turut mempopulerkan istilah “Lebaran”, yang khas Jawa,” di sena, yang sebelumnya hanya mengenal “Aidil Fitri”. (https://www.youtube.com/watch?v=hazmjUUTy1M).


Di Indonesia, banyak yang menyanyikannya lagi. Penyanyi cilik Tasya Kamila juga menyanyikannya juga  di akhir 1990an (https://www.youtube.com/watch?v=QgtqmNPoX8E).  


Belakangan, Gita Gutawa juga mendendangkannya, 2013 (https://www.youtube.com/watch?v=OtaJ1N_DvYs  ).

3.      …Namun, Sedikit yang Memasukkan Lirik Bagian  ketiga.
Ismail Marzuki, yang orang Betawi asli, memperlihatkan kelihaiannya menulis lirik yang tajam dan kritis, namun jenaka,  dalam memandang fenomena sosial. Berikut bagian kedua dan ketiganya:

“Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perei
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pade lecet babak belur berabe

Maafkan lahir dan batin, ulang taon idup prihatin
Cari uang jangan bingungin, bulan Syawal kita ngawinin

Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri


Maafkan lahir dan batin, ‘lan  taon idup prihatin
Kondangan boleh kurangin, kurupsi jangan kerjain”

Di bagian kedua terlihat bagaimana Ismail meledek fenomena orang kampung merayakannya, naik tram, jalan-jalan hingga “kaki pincang”…” lecet babak belur berabe”.
Sedangkan bagian ketiga sangat aktual hingga saat ini. Dengan berani, Ismail membeberkan kelakuan orang kota yang “berjudi”, “main ceki mabuk Brandi”, “kalah main pukul istri”.
Dan lagu ini ditutup dengan pernyataan yang sangat kuat: “kondangan boleh kurangin, korupsi jangan kerjain”.

Hampir semua musisi yang menyanyikan ulang lagu ini enggan untuk menaruh bagian terakhir dari lirik lagu. Padahal, menurut saya, disitulah nilai lebih lagu ini.
Lirik lagu utuhnya marak beredar di media social sekitar lebaran 1-2 tahun lalu.

4.      Kecuali Deredia
Pada 16 Juli 2015, Deredia, band yang mengkhususkan pada music periode 1950an,  menggunggah rekaman live mereka Ke Youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=W3V5E6awazA), dan belakangan makin tersebar di media sosial menjelang Idul Fitri. Kali ini, mereka menyanyikan liriknya secara utuh, karena, seperti terbaca di kanal mereka,  “Bagian akhir dari lagu ini sangat menarik karena masih berkaitan dengan kondisi saat ini”.


Sebelumnya, di era 1960an, Didi dan Orkes Mus Mualim atau  Kwartet DBP Mascan juga telah mendaurulang lagu ini secara lengkap (https://www.youtube.com/watch?v=FaLrRClzpV4)

5.      Termasuk Lagu Sindiran

Denny Sakrie, dalam bukunya, mengutip buku Musik Indonesia dan Permasalahannya (JA Dungga dan L Manik, 1952) yang memetakan ada 4 lagu di era revolusi. Salah satunya adalah lagu-lagu sindiran yang “…melukiskan keburukan-keburukan dalam masyarakat Indonesia di masa perjuangan”. Salah satunya adalah “Ibu, Aku Tak Sudi Tukang Catut”. Lagu jenis ini tak banyak,, dibandingkan lagu tanah air berupa mars, lagu tanah air bersuasana tenang. Dan lagu-lagu percintaan, dan  acap tak diketahui pengarangnya.
Saya kira, lagu ini, walau beredar beberapa tahun setelah era revolusi, masih termasuk dalam kategori lagu sindiran yang pedas. Dan, karena itulah, saya merasakan nuansa yang berbeda, sedikit ngenyek gaya Betawi,  saat menyanyikan bait :”Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin”.

(Dari berbagai sumber)
Dimuat di JakartaBeat 

Tuesday 5 July 2016

Happy Eid Mubarak

Happy Eid Mubarak! Selamat Hari Raya Idul Fitri!
Taqabballallu Minna Wa Minkum. May Allah accept (our good deeds) from us and you.
May Allah Accept our Shaum (fasting), our Qiyam (night prayer), our reading of the Quran, our charitable acts and all our Ibadah (acts of worship) that we committed for the sake and pleasure of Allah SWT alone. May He enable us to adhere to the spirit and teachings of Ramadan for the remainder of the year.
May Allah forgive our sins and all our shortcomings.
Minal Aidin wal Faizin! May we be part of the people who return to Purity (Fitrah) and part of the people who are granted glory (Takwa).
To all friends, please forgive me for anything I may have done wrong in the past.


Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Eid Prayer Times for Mosques in Bristol

Assalamualaikum,

Fwd dari Pak Susila:
Berikut info shalat Eid di Bristol dan sekitarnya.
EID PRAYER TIMES FOR MOSQUES IN BRISTOL.
Eid Mubarak in advance to all from BMCS!
Please find below details of Eid prayer timings for some of the mosques in Bristol.
These were the only prayer times available to us at time of publishing.
Please also find attached a quick share guide for sharing on Messenger Apps
such as Whats App, Telegram etc.
Prayer times are listed alphabetically.
You can also view online at our website at link below:
This link above should be up to date and live by tomorrow evening.
Please contact your local Mosque for confirmation of when Eid is.
Please note for all prayers it is advisable to arrive at least half an hour
earlier than listed time.
Just in case we have two eid dates please also find below a link
with an explanation on why we sometimes
have Eid on two different days
Why Is Eid On 2 Different Days?- By Amer Jamil
.........................................................................................
DALMO (Daru-Al-Moameneen)
VENUE: The Pavilion, Baileys Court Road
Bradley Stoke, Bristol, BS32 8BH
Time: Doors will be open from 8.00 am.
Please arrive not later than 8.30am
Socialising Time:
After Khuttbah till before 11.00 am.
Food: Please ensure that you bring two sets of finger
food for the brothers and sisters areas with your plates
marked with your name on a label.
.........................................................................................

Bristol Central Mosque
VENUE: Owen Street, Easton, Bristol, BS5 6AP
First Jamaat: 9:00am (Brothers and Sisters)
Second Jamaat: 10:00am (Brothers and Sisters)
.........................................................................................
Bristol Jamia Mosque (Totterdown)
VENUE: Green Street, Totterdown, Bristol, BS3 4UB
First Jamaat: 8:00am (Brothers and Sisters)
Second Jamaat: 8:45am (Brothers and Sisters)
.........................................................................................
Easton Islami Darasgah
VENUE: Easton Islami Darasgah, Castle Green Building,
Greenbank Road, Bristol, BS5 6HE.
First Jamaat: 8:00am (Brothers and Sisters)
Second Jamaat: 9:15am (Brothers and Sisters)
Please come early, park properly and as far away from the Mosque as possible
...........................................................................................
Easton Jamia Masjid
VENUE: 66 St Mark's Rd, Bristol BS5 6JH
First Jamaat: 8:00am (Brothers Only)
Second Jamaat: 9:00am (Brothers Only)
Third Jamaat: 10:00am (Brothers and Sisters)
...........................................................................................
Faizan-E-Madina
VENUE: 577-579 Fishponds Road, Fishponds, Bristol, BS16 3AF.
First Jamaat: 7:15am
(Speech is at 7:15am. Eid prayer is at 7:45am)
...........................................................................................
Jalalabad Cultural Centre (Mosque)
VENUE: 145-149 Fishponds Road, Bristol, BS5 6PR
First Jamaat: 9:00am (Brothers and Sisters)
Second Jamaat: 10:15am (Brothers Only)
...........................................................................................
Madani Masjid
VENUE: 250 Lodge Causeway, Fishponds, Bristol.
First Jamaat: 8:00am
Second Jamaat: 9:00am
...........................................................................................
Qur'an Academy Bristol
VENUE: 26 Abingdon Road, Fishponds, Bristol, BS16 3NY
First Jamaat: 7:45am (Brothers Only)
Second Jamaat: 8:45am (Brothers and Sisters)
Third Jamaat: 9:30am (Brothers and Sisters)
..........................................................................................
Shah Jalal Jame Mosque
VENUE: 468 - 470 Stapleton Rd, Easton, Bristol, BS5 6PA
First Jamaat: 8:30am (Brothers and Sisters)
Second Jamaat: 9:30am (Brothers Only)
Third Jamaat: 10:30am (Brothers Only)
..........................................................................................
Shahporan Cultural Centre (Masjid)
VENUE: 382 Filton Avenue, Horfield, Bristol, BS7 0BE
First Jamaat: 8:30am (Brothers Only)
Second Jamaat: 9:30am (Brothers Only)
..........................................................................................
Compiled by BMCS. Times listed above are those as supplied
by organisations listed and those involved in organising of prayers.
Jazakhallahu khairun to all those that contributed.

Saturday 2 July 2016

Momen-Momen Ramadhan Paling Berkesan Dalam Hidup Saya

Bulan puasa selalu istimewa di hati saya. Jadwal harian berubah. Bangun pagi buat sahur, malamnya tarawih. Beraktivitas dengan perut kosong. Buka puasa bersama dengan keluarga besar dan sahabat, tak jarang dengan reuni kecil dan besar. Setiap tahun berkesan dan bermakna. Tapi tentu ada yang paling membekas di hati.
Berikut adalah beberapa kisah yang paling berkesan di bulan Ramadhan dalam hidup saya.

1.       MedinaAzzahra Lahir, 2011

Walau saya tidak menulis berbagai pengalaman ini berdasarkan ranking, tapi tentu ini adalah peringkat pertama. Setelah 10 tahun pernikahan, tentu kehadiran seorang anak begitu dinantikan, tidak hanya oleh kami berdua, tapi juga oleh kakek neneknya, dan keluarga besar kedua belah pihak. Saya menjadi suami siaga, begadang di RS Budi Kemuliaan, termasuk buka puasa (baik di kantin rumah sakit atau di dalam kamar), sahur, dan shalat tarawih.  Bahkan orang tua saya sengaja I’tikaf di gedung sebelah, Masjid BI, salah satunya karena ingin dekat dengan RS.
Medina lahir 25Ramadhan, pagi hari, lewat operasi cesar.  Saya menunggu di depan kamar bedah, dan begitu lahir saya sendiri yang membisikkan adzan di kedua telinganya.
Bagi saya, hidup tidak dimulai saat saya berumur 40 tahun, tapi saat Medina lahir. Ini mungkin terdengar lebai, tapi sesungguhnya tidak. Saya akan tulis artikel tersendiri tentang Medina sebagai Jangkar saya.

2.       Menyelesaikan Master Tesis Pertama, 2002

Tahun 1998,   8 bulan setelah saya lulus S1 dari Sastra Arab FSUI, saya lanjut kuliah S2 Filsafat.  Dan, pada 2000 saya diterima kerja di Astaga.com, salah satu pengalaman berharga dalam karir saya di bidang jurnalisme. Tapi saking keasyikannya—khususnya meliput film dan music—kuliah, terutama penulisan tesis, agak terbengkalai.
Ramadhan 2002, saya kebut menulis tesis. Saat itu kami baru tinggal di rumah baru, pertama kalinya punya rumah sendiri. Setelah subuh, di luar kebiasaan, saya tidak tidur lagi, tapi tenggelam dalam kesibukan tesis.  Tak sampai setahun kemudian, saya lulus.
 Tak lama kemudian, tesis saya diterbitkan Teraju.




3.       


Menonton Konser Reuni The Police, 2007

Agustus 2007, untuk kedua kalinya, saya menginjakkan kaki ke negeri Belanda. Yang pertama adalah tugas liputan sekitar 1-2 tahun sebelumnya, dan tak lebih dari 2 minggu. Tapi kali ini saya tinggal lebih lama, setahun, karena menempuh studi master yang kedua di Universiteit van Amsterdam. Begitu tahu The Police akan reuni bulan September, tak pikir panjang, saya langsung beli tiketnya, di Amsterdam Arena (stadion-nya Ajax), 14 September. Saya tak menduga bahwa konser itu bertepatan dengan hari pertama puasa Ramadhan, yang berlangsung 17 jam!
Untunglah semuanya berjalan lancar. Saya tiba sekitar pukul 8 malam. Menunggu sejam lebih di dalam stadium sepakbola itu. Awalnya, saya tak boleh bawa minuman atau makanan apapun, seperti yang berlaku umum. Maklum, panitia akan jualan di dalam. Namun saya agak ngotot, dan akhirnya salah satu petugas bilang:” apakah ini air minum untuk minum obat?”, saya langsung samber:”iya, pak”. Daripada ribet, hehehe.

Maka saya pun menonton The Police, yang sesuai dengan ekspetasi saya: keren abis! . Saya buka puasa pukul 9 malam waktu Belanda (GMT+1), saat menyaksikan anaknya Sting main bersama band-nya, Fiction Plan, sebagai band pembuka, yang keren abis itu.
Dan saya pun menuliskan laporan pandangan mata untuk Majalah MTV TRax, November 2007.

Namun saya tahu, menonton konser di bulan puasa itu, apalagi di hari pertama, sesuatu yang penuh perjuangan. Sebisa mungkin, saya hindari hal seperti ini.

(konser besar lainnya yang saya tonton adalah The Cure di Ahoy Rotterdam, 18 Maret 2008).


4.       Begadang sekeluarga menonton film seri Silat, 1983-1984

Saya agak lupa tahun berapa, tapi yang pasti waktu SD di Surabaya, dan kami baru punya video player (Betamax). Saya sekeluarga begadang, sejak habis tarawih hingga menjelang sahur, menonton film serial silat yang kami sewa dari Trio Video Tara ataupun tukang video keliling.
Favorit kami adalah: Sin Tiaw Eng Hiong, Sin Tiaw Hiap Lu, dan To Liong To. Seri lainnya adalah Demi-God and Semi-Devil dan PEndekar Harum.  Entah kenapa, kami luput menonton Pendekar Ulat Sutra dan Princess Cheung Ping secara utuh.
Setelah bangun pagi, ya kami nonton lagi. Maklum, waktu itu masih SD, dan Ramadhan liburan sebulan penuh (saya lupa, entah karena memang itu kebijakan nasional, atau kebijakan sekolah saya yang memang sekolah NU).

5.       Pesantren I’Tikaf Ramadhan, pertengahan 1990an.
Saat masa transisi antara baru mulai kuliah di FSUI dan melepas kuliah di Jayabaya, saya diundang ke acara ini. Acaranya di Pesantren Budi Mulya, Yogyakarta. Organisasinya dari PIR Laboratorium Dakwah.  Pencetusnya Amien Rais, dan pembicaranya kelas wahid semua, termasuk  Yunahar Ilyas, Adaby Darban. Sayang Pak Kuntowijoyo, favorit saya, tidak mengisi acara karena waktu itu sudah sakit-sakitan.

6.       Berburu Shalat Malam, awal 1990an
Awal 1990an, I’tikaf belum semarak sekarang. Sewaktu SMA dan awal kuliah, dan masih agak  lumayan aktif di kerohanian Islam, saya bersama teman-teman sering berburu shalat malam berjamaah, mulai isya hingga menjelang sahur. Ma’had Al-Hikmah adalah salah satu tempat favorit, karena di sana imamnya bagus bacaan murottalnya, yang semalam bisa habis satu juz (kalau 10 hari terakhir bisa lebih).

7.       Safari Ramadhan Keliling Jawa – Bali, 2006
Tahun 2006, sewaktu saya masih bekerja di Majalah Nebula (yang dikelola oleh ESQ Leadership Center), saya diajak Pak Yudhistira Massardi (sang pemimpin redaksi) untuk keliling Jawa-Bali,  untuk bersilaturahim dengan para pembaca (yang juga alumni training ESQ) , sekaligus meliput kegiatan mereka dan menjajagi kemungkinan kerjasama dengan majalah . maka kami pun (bersama Bu Yudhis dan Agus Salim yang bertanggungjawab di bidang usaha) dengan jalan darat mengunjungi Bandung, Yogyakarta, Madiun, dan beberapa kota lainnya, dan berakhir di Denpasar. Tak lupa, kami juga wisata kuliner setempat.
Di Bali, kami tak lupa untuk ke pasar tradisional dan menginap di padepokan Agung Rai Museum of Art, Ubud, yang bersuasana kontemplatif dan spiritual. Yang paling berkesan adalah tur Golden Hour, yaitu menjelajahi Bali yang masih jarang dikunjungi wisatawan yang dilakukan di saat “Golden Hour”. Maka, selepas sahur dan subuh, kami langsung mengeksplorasi perkampungan dan bukit di Ubud dan sekitarnya.
Ini pengalaman yang menarik, mengingat di sana, kami tak mendengar suara adzan atau merasakan suasana Ramadhan.

8.       NGeK 1995-1998
NGeK adalah band yang saya ikut dirikan di FSUI, yang beraliran etno-musik-religious. Sejarahnya dan beberapa lagunya bisa di akses  disini.
Ramadhan adalah bulan paling sibuk sewaktu NGeK masih aktif. Kami pernah main di LippoMal Karawaci, Mal Taman Anggrek, ITB, dan masih banyak lagi.

Kangen juga masa-masa itu….

9.       Tarawih Keliling di Norwich, 2013 dan 2015
Tahun 2013, pengalaman pertama kami berpuasa di Eropa. Dan sebisa mungkin kami silaturahim, buka puasa bersama, walau pun waktu maghrib adalah sekitar 9.30 dan Isya/tarawih pukul 11 lewat, yang artinya akan selesai lewat tengah malam.

Masjid Ihsan adalah masjid terdekat, yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari rumah (20 menit).  Di sini bernuansa multicultural, dan berbeda dengan masjid lainnya di Norwich yang kebanyakan didominasi gaya Timur Tengah dan Bangladesh. Bahkan sampai diliput di Channel 4 dalam acara AVery British Ramadhan.  Buka puasanya, kalau kita beruntung, dengan sop kentang, lanjut dengan nasi kebuli, ditutup dengan es krim.
Islamic Center di Dereham Road adalah pengalaman lain lagi. Buka puasa dijamin kenyang, imam shalatnya syahdu, dan ruangannya besar.  Tapi, berhubung bus hanya beroperasi hingga jam tertentu, dan jaraknya agak jauh dari rumah, kami menyesuaikan diri dengan bis terakhir, dan kadang hanya bisa maksimal shalat isya saja.
Terakhir, buka puasa dan shalat tarawih di kampus UEA.  Semangatnya hampir sama dengan Masjid Dereham.
Tahun 2014, saya berpuasa penuh di Jakarta, sambil riset turun lapangan.
 Tahun 2015, saya puasa berpuasa setengah bulan di Norwich, sebelum lanjut mudik ke tanah air. Kebetulan, rekan saya Indra Kusumawardhana menginap beberapa hari. Maka, kami pun melanjutkan tradisi tarling.
Masjid Ihsan rupanya ada perkembangan bagus. Di sana, ada warung kopi, yang biasanya sangat berguna untuk jamaah yang menunggu masa maghrib dan isya/tarawih. Pembayaran dianjurkan memakai dirham dan dinar. Imam shalatnya ada 2, keduanya masih usia belasan, dan keduanya hafal quran. Jika salah satu jadi imam, yang satu ada di belakangnya, sambil membuka quran saku untuk memeriksa bacaan sahabatnya. Kedua ABG ini juga yang paling rajin melayani jamaah yang berbuka puasa, dari menyajikan makanan hingga membawa piring kotor untuk dicuci.



10.   Punya tempat buat mudik: Plaju, Balongan, Balikpapan, 1990an, awal 2000an.
Lahir dan tinggal di Jakarta (dan punya istri yang orang Betawi)  membuat saya tidak banyak punya pengalaman mudik, merasakan macet, dan kerinduan akan kampong halaman. Untunglah, ayah saya beberapa kali pindah rumah, sehingga saya punya pengalaman “mudik”, yaitu kembali berkumpul dengan keluarga. Dan saya bisa merasakan lagi masakan ibu saya yang tiada taranya, khususnya Steak Lidah dan Pisang Ijo (Pallu Buttung).


Jadi kangen masakan mama…..