“Tidak ada Stroke ringan! Stroke ya Stroke! Yang ada hanyalah stroke gejala ringan!”
(Dr Dewi, dokter syaraf di RS Firdaus)
Peristiwa paling tak terlupakan tahun 2021 bagi saya tidak
berhubungan dengan film atau kehidupan akademis. Tapi pada Kesehatan. Saya
terkena stroke gejala ringan. berikut rinciannya. Saya tulis untuk catatan saya,
dan mungkin pelajaran bagi orang lain.
Kamis-Jumat, 16-17 Desember
Bermula saat saya dan keluarga besar berlibur ke Puncak,
Kamis-Jumat 16-17 Desember. saat itu
dingin, dan bibir saya kok kayak kebas gitu. Saya pikir karena cuaca dingin.
Keesokan harinya, sesaat setelah Jumatan, saat mau pulang ke Jakarta, saya
nyetir. Dan baru terasa kalau tangan kanan kok kesemutan—walau masih bisa
digerakkan. Saya tetap nyetir hingga Jakarta, mampir sebentar di Cimory Land.
Sabtu 18 Desember
Penasaran dengan kesemutan di lengan kanan yang tak kunjung
reda, saya ngecek ke IGD RS Graha Medika, dekat rumah. Saya mau pakai BPJS,
ditanya: “Tapi kalau tidak dianggap darurat, tidak dicover BPJS, ya”. Yang dianggap darurat adalah, sepenangkapan
saya, diobservasi selama lebih dari 6 jam. Akhirnya saya pakai asuransi
Kesehatan kantor saja.
Saya pun di-CT Scan. Tidak ada hal yang patut dicurigai.
Tidak terlihat penyumbatan. Saya dikasih vitamin saja, seingat saya.
Senin 20 Desember,
Saya ke dokter syaraf di RS Siloam. Disarankan untuk MRI.
Tapi saya pikir, coba pakai obat dulu, karena saya dibilang kemungkinan karena tidur
tidak nyenyak, jadi dikasih vitamin syaraf supaya tidurnya lebih lelap.
Disarankan untuk olahraga 3 kali seminggu dengan olahraga
ringan, seperti jalan kaki.
Di rumah, saya merasa tangan kanan masih kesemuatan. Kaki
kanan juga, tapi tidak seberapa. Tidak ada yang mengganggu aktivitas,
sebenarnya. Dan lidah seperti ada rambut atau benangnya. Saya baru sadar bahwa separuh
badan saya, sebelah kanan, kebas, walau tidak “tebal”.
Rabu 22 Desember.
Janjian dengan Udin, teman lama dari London. Dan ada Hikmat
juga, di Plaza Senayan. Saya naik ojol, karena kendaraan dipakai keluarga—tapi
mereka nyusul belakangan. Malam itu kok saya agak-agak pegal sekitar tengkuk dan lengan kiri (padahal yang
kesemutan itu di sebelah kanan).
Kamis 23 Desember
Takut kenapa-kenapa, saya ke IGD RS Siloam, juga dekat
rumah. Ternyata saya demam, mungkin itu sumber dari pegal-pegal semalam.
Setelah serangkaian tes, termasuk MRI, barulah ditemukan bahwa saya ada
penyumbatan, alias “stroke ringan”. saya langsung masuk rawat inap, karena
demam. PCR negatif, sedang dicari akar masalah. Kemungkinan demam berdarah,
karena trombosit ada kecenderungan menurun. Diinfus bergantian antara
parasetamol, neorobion, dan multivitamin.
Nutrician menganjurkan saya untuk menghindari gorengan, yang
berpotensi membuat darah mengental. Dan hindari lemak, termasuk kulit ayam.
Di Siloam saya memakai asuransi Kesehatan kantor, dan 2 hari
saya khawatirkan membengkak dan melewati plafon, karena rupanya banyak yang diobservasi.
Sabtu 25 Desember
Di hari libur itu, demam sudah menurun. dokter syaraf
membolehkan saya pulang. Tapi saya masih gak enak badan, pegal-pegal. Tapi mau
pindah BPJS saja. Tapi takut BPJS tidak
lewat rujukan puskesmas dulu dan belum pernah, dan tidak dianggap darurat oleh
IGD (sehingga tidak bisa ditanggung).
Adik saya, yang dokter anak dan praktik di RS Firdaus,
menyarankan agar ke Firdaus aja (itu di Cilincing, tidak jauh dari Mal Kelapa
Gading), supaya memastkan kalau saya ditangani dengan baik dan bisa pakai BPJS.
Saya ikuti.
Dicek ulang lagi dari awal, termasuk PCR untuk mengecek
COVID. Negatif semua. Langsung diinfus juga.
Di sini saya diinfokan Dokter syaraf: “Bapak kena stroke
gejala ringan. tidak ada yang Namanya stroke ringan yang ada hanyalah stroke
gejala ringan!”. katanya ada penyumbatan, dan ini karena kekurangan oksigen.
Dokter penyakit dalam juga mengobservasi. Katanya, ada 3 hal
yang perlu diperhatikan: obesitas (artinya: saya wajib menurunkan berat badan,
dan juga olahraga rutin), hipertensi (yang selama ini in denial, tapi ya memang
harus minum amlodipine rutin nih), dan juga diabetes (alhamdulillah belum, tapi
mesti waspada karena ada keturunan gula).
(Alhamdulillah saya punya istri yang peduli dengan Kesehatan
dan suaminya. Tiap hari disajikan buah-buahan. Dan rice cooker juga yang bisa
menurunkan kadar gula hingga 50%).
Untungnya di sini, saya bisa dikunjungi adik saya, Dr. Mira.
Dan juga orang tua yang rumahnya dekat. Kalau normalnya, umumnya semua pasien
tidak boleh dibezoek selama pandemi.
Senin 27 Desember
Secara klinis, saya dinyatakan oke. Boleh pulang.
Alhamdulillah.
Soal kesemutan di tangan kanan, mulut dan hidung, akan
dilakukan dengan dengan rawat jalan.
Yang saya rasakan hingga sekarang, selain kebas tadi, adalah
saya masih cepat capek. Sudah tidak bisa seaktif dulu, tidak bisa diforsir. Setidaknya
selama masa pemulihan. Mungkin karena
masa pemulihan, mungkin karena obat-obatannya.
Saya dikasih pengencer darah, amlodipine (untuk hipertensi,
ini wajib setiap hari), obat kolesterol,
suplemen syaraf dll.
Saya masih merasa di bagian kiri pegal-pegal atau kesemutan
(kalau tidur). Biasanya cukup dengan neurobion yang pink cukup. Dan juga kadang
nyeri di kepala belakang atau migren, saya kasih parasetamol biasa.
Awal 2022, semuanya berjalan lebih lambat dari biasanya.
Saya sementara ini tidak bisa lagi seaktif dulu. Paling
tidak selama masa pemulihan ini. Sudah menolak undangan premiere film,
wawancara, atau mengisi acara. Focus pada pekerjaan utama dulu (Binus, Dewan
Kesenian Jakarta, dan tugas-tugas/komitmen sebelumnya). Mohon maaf.
Alhamdulillah tidak terlalu parah.
Hidup lebih sehat, jasmani dan rohani, fisik dan spiritual, adalah menjadi salah satu prioritas utama saya tahun ini.
Bismillah.
No comments:
Post a Comment