Monday, 24 August 2015

Jokodok, atawa Beberapa Pertanyaan untuk Aktivis Dakwah yang Acap Menghina dengan alasan menjadi oposisi




Pertama-tama harus saya tegaskan: saya bukan Jokowi atau Ahok lovers, apalagi masuk dalam bagian fans club. Dikotomi Jokowi-Prabowo itu sudah so last year dan kita semua seharusnya menjadi warga negera yang kritis terhadap siapapun.
Saya di sini focus pada fenomena pada banyaknya postingan  atau meme di media social yang menghina, melecehkan, merendahkan, dan bahkan memberikan gelar atau sebutan yang buruk kepada Presiden Jokowi. Dan hal-hal ini berasal dari kelompok aktivis dakwah/islam. Mereka menamai presiden RI dengan Jokodok, Jokonyet, LAyak Dimasukkan ke Keranjang Sampah, dll. Buat Ahok, lebih parah lagi, mengarah ke rasisme alias kecinaannya. Alasannya, mungkin, karena Jokowi dan Ahok ini “musuh Islam”, jadi boleh-boleh saja dilecehkan. Benarkah demikian?

Karena itu, saya punya beberapa pertanyaan untuk para aktivis dakwah yang acap merendahkan Presiden atau Gubernur DKI ini.

1.      Mengapa kalian-kalian yang mengaku aktivis dakwah/islam sering melecehkan, merendahkan,  menghina, dan bahkan  menjuluki Jokowi dengan hal-hal yang buruk? Apakah pembenarannya?
2.      Wahai para pembela Islam, apa hukumnya melecehkan, merendahkan ,menghina, dan menjuluki orang lain dengan label yang buruk dalam Islam?
3.      Bagaimanakah NAbi Muhammad bersikap terhadap orang-orang seperti ini?
4.      Mungkin, alasannya karena ini “musuh islam”. Bagaimana nabi dan para sahabat mencontohkan  hal ini? Apakah nabi dan para sahabat melakukannya? Atau malah mengkritik hal ini?


Saya penasaran sekali dengan jawabannya. Saya punya jawaban, sesuai Islam yang saya pahami,  yang tentu saja tidak setuju dengan hal-hal demikian, siapapun pelakunya, siapapun obyek bully-nya.


Jawaban  pertanyaan saya menurut saya:
1.      Saya tidak tahu.
2.      Sepengetahuan saya:
a)      Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kelompok mencemooh kelompok lain, karena boleh jadi yang dicemooh itu lebih baik dari mereka, dan janganlah sekelompok wanita mencemooh kelompok wanita lain, karena boleh jadi yang dicemooh lebih baik dari mereka. Dan janganlah mencela dirimu sendiri, serta janganlah memanggil (seseorang) dengan julukan yang jelek), dan julukan jelek adalah termasuk kefasikan setelah orang itu beriman dan barang siapa yan tidak bertaubat maka ia termasuk orang-orang yang dzalim. (Al-Hujrat: 11).
b)      “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS. Al Humazah: 1)
c)      diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa rasulullah saw telah bersabda: “Seseorang dianggap memiliki benih kejahatan dengan hanya menghina saudaranya yang muslim.” 
d)      Tirmidzi meriwayatkan –hadits hasan—dari Watsilah bin al Asqa’ ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jangan engkau cemooh saudaramu, karena Allah akan memberi rahmat baginya dan akan memberi bala kepadamu.” 
e)      , “Cukuplah seorang itu dinilai jahat jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim dari Abu Hurairah)” [Taisir al Karim al Rahman fi Tafsir Kalam al Mannan hal 953, terbitan Dar Ibnul Jauzi].
f)      
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah  dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl: 125).
3.      Setahu saya:
a)      "Apakah kamu mentertawakan kecilnya betis Ibnu Mas'ud, demi Allah yang diriku dalam kekuasaanNya: bahwa kedua betisnya itu timbangannya lebih berat daripada gunung Uhud." (Riwayat Thayalisi dan Ahmad)
b)      Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW naik mimbar, lalu memanggil dengan suara keras. Sabda beliau, “Hai sekalian orang yang telah masuk Islam dengan mulutnya, namun imannya tidak sampai ke hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah mencela mereka dan janganlah menyelidiki kejelekan mereka, karena sesungguhnya orang yang menyelidiki kejelekan saudaranya sesamamuslim, maka Allah membalas menyelidiki kejelekannya. Dan barangsiapa diselidiki kejelekannya oleh Allah, maka Allah membuka kejelekannya walaupun berada di dalam rumahnya”. [HR. Tirmidzi dalam ‘Aridlatul Ahwadzi juz 8, hal. 141]
c)      Dari ‘Aisyah RA, ia berkat : Saya pernah berkata kepada Nabi SAW, “Cukup bagimu dari Shafiyah begini dan begitu”. Sebagian orang-orang yang meriwayatkan mengatakan : Yang dimaksud ‘Aisyah ialah, “Ia wanita yang pendek”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kamu telah mengatakan suatu kalimat seandainya dicampur dengan air laut sungguh air laut itu menjadi keruh”. Dan ‘Aisyah pernah berkata, “Saya pernah menceritakan tentang seseorang kepada beliau, maka beliau bersabda, “Aku tidak suka menceritakan (keburukan) seseorang meskipun akan mendapatkan upah sekian dan sekian”. [HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Baihaqi, Tirmidzi berkata : Hadits hasan shahih]
d)      Dari Abu hurairah RA, ia berkata : Dahulu ketika kami di sisi Nabi SAW, ada seorang laki-laki berdiri. Lalu orang-orang sama berkata, “Ya Rasulullah, alangkah sangat loyonya si fulan itu !”. Atau mereka berkata, “Alangkah sangat lemahnya orang itu”. Maka Nabi SAW bersabda, “Kalian telah berbuat ghibat kepada teman kalian dan kalian telah makan dagingnya”. [HR. Abu Ya’la, dan Thabrani meriwayatkan dengan lafadhnya], “Sesungguhnya ada seorang laki-laki berdiri di sisi Nabi SAW, maka orang-orang melihat ketika dia berdiri itu dalam keadaan loyo. Mereka berkata, “Alangkah sangat loyonya si fulan itu”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Kalian telah makan saudaramu dan kalian telah berbuat ghibah kepadanya”.
e)      Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Jubairah bin adh Dhahak, ia berkata: “Firman Allah: “Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk,” turun untuk kami Bani Salamah.” Abu Jubairah melanjutkan, “Ketika Rasululloh SAW tiba di Madinah, kala itu setiap orang memiliki dua atau tiga nama. Siapa yang memanggil, nama-nama itulah yang dipakai. Mereka berkata, “Wahai Rasululloh SAW, sesungguhnya dia akan marah dengan nama itu. Kemudian turunlah ayat, “Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (HR Ahmad). Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Dawud. (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Qurthubi)
f)       Diriwayatkan dari Abu Jubairah bin adh-Dhahak, ia berkata,
 "Firman Allah, walaa tanaabazu bil alqaabturun kepada kami dan Bani Salamah." Ia kembali berkata, "Ketika Rasulullah saw. datang mengunjungi kami tidak seorangpun diantara kami kecuali ia memiliki dua nama, lalu Nabi saw. memanggil, 'Ya fulan!' Lantas para sahabat berkata, 'Ya Rasulullah, ia marah dipanggil dengan nama itu'," 
g)      An-Nawawi berkata dalam kitabnya al-Adzkaar (I/721),
"Ulama bersepakat diharamkannya memberi gelar seseroang dengan gelar yang ia benci, baik gelar tersebut diambil dari sifatnya, seperti al-A'masy(si rabun), al-Ajlah (si botak)... atau menjulukinya dengan sifat ibu atau ayahnya atau julukan lainnya yang tidak disukai."
Para ulama sepakat boleh memberikan julukan seperti itu jika seseorang tidak dikenal kecuali dengan gelar itu.
h)       

4.      Merendahkan “Musuh Islam” atau Non Islam?
a)      Dari ‘Aisyah RA juga, ia berkata : Sesungguhnya untanya Shafiyah binti Huyaiyyin sedang sakit, sedang Zainab mempunyai kelebihan kendaraan. Maka Nabi SAW bersabda kepada Zainab, “Berikanlah unta kepadanya !”. Lalu (Zainab) menjawab, “Saya disuruh memberi kepada wanita Yahudi itu !”. Kemudian Nabi SAW marah dan meninggalkan Zainab pada bulan Dzulhijjah, Muharram dan sebagaian bulan Shafar. [HR. Abu Dawud]
b)      " dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan."(QS AL An'am:108)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat tersebut : Allah SWT melarang Rasul-Nya, Muhammad SAW, dan orang-orang yang beriman mencaci Tuhan-tuhan kaum musyrikin, meskipun cacian itu mengandung kemaslahatan, hal itu menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan itu sendiri, yaitu balasan orang-orang musyrik dengan cacian terhadap Tuhan orang-orang mukmin, padahal Allah adalah "Rabb, yang tiada ilah selain Dia....(Tafsiir Ibnu Katsiir Juz 7, Hal. 268, tahqiq :Syaikh Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh.)


(Dari berbagai sumber)

Bagi saya, mengkritisi pemimpin itu jihad yang mulia. tapi arahkan pada permasalahannya, bukan pada orangnya. kalau masih memberikan gelar buruk atau merendahkan, itu masih level haters yang hina. wallahua'lam.