Pertama-tama
harus saya tegaskan: saya bukan Jokowi atau Ahok lovers, apalagi masuk dalam
bagian fans club. Dikotomi Jokowi-Prabowo itu sudah so last year dan kita semua
seharusnya menjadi warga negera yang kritis terhadap siapapun.
Saya di sini
focus pada fenomena pada banyaknya postingan
atau meme di media social yang menghina, melecehkan, merendahkan, dan
bahkan memberikan gelar atau sebutan yang buruk kepada Presiden Jokowi. Dan hal-hal
ini berasal dari kelompok aktivis dakwah/islam. Mereka menamai presiden RI
dengan Jokodok, Jokonyet, LAyak Dimasukkan ke Keranjang Sampah, dll. Buat Ahok,
lebih parah lagi, mengarah ke rasisme alias kecinaannya. Alasannya, mungkin,
karena Jokowi dan Ahok ini “musuh Islam”, jadi boleh-boleh saja dilecehkan. Benarkah
demikian?
Karena itu,
saya punya beberapa pertanyaan untuk para aktivis dakwah yang acap merendahkan
Presiden atau Gubernur DKI ini.
1. Mengapa kalian-kalian yang mengaku
aktivis dakwah/islam sering melecehkan, merendahkan, menghina, dan bahkan menjuluki Jokowi dengan hal-hal yang buruk?
Apakah pembenarannya?
2. Wahai para pembela Islam, apa
hukumnya melecehkan, merendahkan ,menghina, dan menjuluki orang lain dengan
label yang buruk dalam Islam?
3. Bagaimanakah NAbi Muhammad bersikap
terhadap orang-orang seperti ini?
4. Mungkin, alasannya karena ini “musuh
islam”. Bagaimana nabi dan para sahabat mencontohkan hal ini? Apakah nabi dan para sahabat
melakukannya? Atau malah mengkritik hal ini?
Saya penasaran sekali dengan jawabannya. Saya punya jawaban, sesuai Islam
yang saya pahami, yang tentu saja tidak
setuju dengan hal-hal demikian, siapapun pelakunya, siapapun obyek bully-nya.
Jawaban pertanyaan saya menurut
saya:
1. Saya tidak tahu.
2. Sepengetahuan saya:
a)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kelompok
mencemooh kelompok lain, karena boleh jadi yang dicemooh itu lebih baik dari
mereka, dan janganlah sekelompok wanita mencemooh kelompok wanita lain, karena
boleh jadi yang dicemooh lebih baik dari mereka. Dan janganlah mencela dirimu
sendiri, serta janganlah memanggil (seseorang) dengan julukan yang jelek), dan
julukan jelek adalah termasuk kefasikan setelah orang itu beriman dan barang
siapa yan tidak bertaubat maka ia termasuk orang-orang yang dzalim. (Al-Hujrat:
11).
b)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi
pencela.” (QS. Al Humazah:
1)
c)
diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa
rasulullah saw telah bersabda: “Seseorang
dianggap memiliki benih kejahatan dengan hanya menghina saudaranya yang
muslim.”
d)
Tirmidzi meriwayatkan –hadits hasan—dari
Watsilah bin al Asqa’ ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jangan engkau
cemooh saudaramu, karena Allah akan memberi rahmat baginya dan akan memberi
bala kepadamu.”
e)
, “Cukuplah
seorang itu dinilai jahat jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim dari
Abu Hurairah)” [Taisir al Karim al Rahman fi Tafsir Kalam al Mannan hal 953,
terbitan Dar Ibnul Jauzi].
f)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl: 125).
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl: 125).
3. Setahu saya:
a)
"Apakah kamu mentertawakan kecilnya betis
Ibnu Mas'ud, demi Allah yang diriku dalam kekuasaanNya: bahwa kedua betisnya
itu timbangannya lebih berat daripada gunung Uhud." (Riwayat Thayalisi dan
Ahmad)
b)
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW naik
mimbar, lalu memanggil dengan suara keras. Sabda beliau, “Hai sekalian orang
yang telah masuk Islam dengan mulutnya, namun imannya tidak sampai ke hatinya,
janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah mencela mereka dan
janganlah menyelidiki kejelekan mereka, karena sesungguhnya orang yang
menyelidiki kejelekan saudaranya sesamamuslim, maka Allah membalas menyelidiki kejelekannya. Dan
barangsiapa diselidiki kejelekannya oleh Allah, maka Allah membuka kejelekannya
walaupun berada di dalam rumahnya”. [HR. Tirmidzi
dalam ‘Aridlatul Ahwadzi juz 8, hal. 141]
c)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkat : Saya pernah berkata
kepada Nabi SAW, “Cukup bagimu dari Shafiyah begini dan begitu”. Sebagian
orang-orang yang meriwayatkan mengatakan : Yang dimaksud
‘Aisyah ialah, “Ia wanita yang pendek”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh
kamu telah mengatakan suatu kalimat seandainya dicampur dengan air laut sungguh
air laut itu menjadi keruh”. Dan ‘Aisyah pernah berkata, “Saya pernah
menceritakan tentang seseorang kepada beliau, maka beliau bersabda, “Aku tidak
suka menceritakan (keburukan) seseorang meskipun akan mendapatkan upah sekian
dan sekian”. [HR. Abu Dawud,
Tirmidzi dan Baihaqi, Tirmidzi berkata : Hadits hasan shahih]
d)
Dari Abu hurairah RA, ia berkata : Dahulu ketika kami
di sisi Nabi SAW, ada seorang laki-laki berdiri. Lalu orang-orang sama berkata,
“Ya Rasulullah, alangkah sangat loyonya si fulan itu !”. Atau mereka
berkata, “Alangkah sangat lemahnya orang itu”. Maka Nabi SAW bersabda, “Kalian
telah berbuat ghibat kepada teman kalian dan kalian telah makan dagingnya”.
[HR. Abu Ya’la, dan Thabrani meriwayatkan dengan lafadhnya], “Sesungguhnya ada
seorang laki-laki berdiri di sisi Nabi SAW, maka orang-orang melihat ketika dia
berdiri itu dalam keadaan loyo. Mereka berkata, “Alangkah sangat loyonya si
fulan itu”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Kalian telah makan saudaramu dan
kalian telah berbuat ghibah kepadanya”.
e)
Imam Ahmad
meriwayatkan dari Abu Jubairah bin adh Dhahak, ia berkata: “Firman Allah: “Dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk,” turun untuk
kami Bani Salamah.” Abu Jubairah melanjutkan, “Ketika Rasululloh SAW tiba di
Madinah, kala itu setiap orang memiliki dua atau tiga nama. Siapa yang
memanggil, nama-nama itulah yang dipakai. Mereka berkata, “Wahai Rasululloh
SAW, sesungguhnya dia akan marah dengan nama itu. Kemudian turunlah ayat, “Dan
janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (HR
Ahmad). Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh Abu Dawud. (Tafsir Ibnu Katsir,
Tafsir Al Qurthubi)
f)
Diriwayatkan
dari Abu Jubairah bin adh-Dhahak, ia berkata,
"Firman Allah, walaa tanaabazu bil alqaabturun kepada kami dan Bani Salamah." Ia
kembali berkata, "Ketika Rasulullah saw. datang mengunjungi kami tidak
seorangpun diantara kami kecuali ia memiliki dua nama, lalu Nabi saw.
memanggil, 'Ya fulan!' Lantas para sahabat berkata, 'Ya Rasulullah, ia marah
dipanggil dengan nama itu',"
g)
An-Nawawi
berkata dalam kitabnya al-Adzkaar (I/721),
"Ulama bersepakat diharamkannya memberi
gelar seseroang dengan gelar yang ia benci, baik gelar tersebut diambil dari
sifatnya, seperti al-A'masy(si rabun), al-Ajlah (si botak)... atau menjulukinya dengan
sifat ibu atau ayahnya atau julukan lainnya yang tidak disukai."
Para ulama sepakat boleh memberikan julukan
seperti itu jika seseorang tidak dikenal kecuali dengan gelar itu.
h)
4. Merendahkan “Musuh Islam” atau Non
Islam?
a)
Dari ‘Aisyah RA juga, ia berkata : Sesungguhnya untanya
Shafiyah binti Huyaiyyin sedang sakit, sedang Zainab mempunyai kelebihan
kendaraan. Maka Nabi SAW bersabda kepada Zainab, “Berikanlah unta kepadanya !”. Lalu (Zainab)
menjawab, “Saya disuruh memberi kepada wanita Yahudi itu !”. Kemudian Nabi SAW
marah dan meninggalkan Zainab pada bulan Dzulhijjah, Muharram dan sebagaian
bulan Shafar. [HR. Abu Dawud]
b) " dan
janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan."(QS AL An'am:108)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat tersebut : Allah SWT melarang Rasul-Nya, Muhammad SAW, dan orang-orang yang beriman mencaci Tuhan-tuhan kaum musyrikin, meskipun cacian itu mengandung kemaslahatan, hal itu menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan itu sendiri, yaitu balasan orang-orang musyrik dengan cacian terhadap Tuhan orang-orang mukmin, padahal Allah adalah "Rabb, yang tiada ilah selain Dia....(Tafsiir Ibnu Katsiir Juz 7, Hal. 268, tahqiq :Syaikh Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh.)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat tersebut : Allah SWT melarang Rasul-Nya, Muhammad SAW, dan orang-orang yang beriman mencaci Tuhan-tuhan kaum musyrikin, meskipun cacian itu mengandung kemaslahatan, hal itu menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan itu sendiri, yaitu balasan orang-orang musyrik dengan cacian terhadap Tuhan orang-orang mukmin, padahal Allah adalah "Rabb, yang tiada ilah selain Dia....(Tafsiir Ibnu Katsiir Juz 7, Hal. 268, tahqiq :Syaikh Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh.)
(Dari berbagai sumber)
Bagi saya, mengkritisi pemimpin itu jihad yang mulia. tapi arahkan pada permasalahannya, bukan pada orangnya. kalau masih memberikan gelar buruk atau merendahkan, itu masih level haters yang hina. wallahua'lam.