Tuesday, 13 May 2025

Menyelami Makna ‘Urf dalam Tradisi dan Film Indonesia (Ceramah di Kemenekraf, 14 April 2025)

 

Catatan:

Pada 14 April 2025, saya diminta berceramah di Kementerian Ekonomi Kreatif dalam acara halal-bihalal.  Maka inilah materi dan video ceramah saya.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih kepada Pak Amin (Direktur Musik) yang telah mengundang saya.




Kembali Fitri Dengan Kreativitas: Menyelami Makna ‘Urf dalam Tradisi dan Film Indonesia


Lebaran atau Idul Fitri merupakan momen yang sangat istimewa bagi umat Muslim di Indonesia dan berbagai negara dengan kultur Melayu. Selain sebagai perayaan akhir Ramadan, lebaran juga penuh dengan kreativitas yang lahir dari kearifan lokal (’Urf). Ekky Imanjaya PhD menyajikan sebuah gambaran menarik tentang bagaimana budaya dan tradisi lokal memperkaya cara orang Indonesia mengekspresikan Idul Fitri, sekaligus mempertahankan identitasnya dalam dunia modern.


**Kreativitas dalam Tradisi Lebaran**


Pertama, kita bahas tentang ujaran khas Lebaran di Indonesia: *Minal Aidin wal Faizin, Maaf Lahir Batin*. Ucapan ini bukan sekadar frase biasa, melainkan memiliki akar historis dalam hadis Nabi dan makna yang mendalam. "Aid" bisa berarti kembali, dan "Fitri" dapat merujuk pada fitrah atau tempat berkumpulnya makanan saat sarapan selepas puasa. Jadi, saat mengucapkan "Minal Aidin wal Faizin," sebenarnya kita berdoa agar diri kita kembali ke fitrah yang suci dan meraih kemenangan atas hawa nafsu. Di Indonesia, lagu-lagu karya Ismail Marzuki yang satir dan kritis juga menjadi bagian dari lebaran, menggambarkan kreativitas masyarakat dalam menghidupkan suasana.


Selanjutnya, tradisi halal bi halal adalah bukti inovasi ulama nusantara dalam memelihara silaturahmi. Sejarahnya panjang, dari masa Wali Songo yang menggunakan ritual Dharma Sunya hingga kebiasaan saling memaafkan di masa kerajaan Jawa. Kata "halal bi halal" sendiri baru masuk dalam kamus pada era kolonial Belanda, tapi keberadaannya menjadi simbol indah sebuah momen saling memaafkan yang sangat khas di Indonesia.


**Urf sebagai Sumber Kreativitas Ulama dan Sineas**


‘Urf, atau kearifan lokal, menjadi landasan penting dalam merumuskan berbagai inovasi tradisional dan modern. Dalam fiqh (hukum Islam praktis), ‘Urf sering digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan fatwa yang sesuai dengan zaman dan tempat. Imam Syafii pun pernah berbeda fatwa tergantung ruang dan waktu, menyesuaikan dengan budaya setempat. Ini menunjukkan bahwa kreativitas dalam beragama dan berbudaya tidak lepas dari ‘Urf.


Contoh nyata lain dari kreativitas ‘Urf dalam dunia film Indonesia adalah bagaimana para sineas memanfaatkan folklore dan urban legend. Film seperti pocong dan ruqyah tidak hanya sekadar horor, tetapi juga mengandung kedalaman budaya dan kepercayaan masyarakat. Pocong, misalnya, bukan hanya cerita seram, melainkan juga mencerminkan kedekatan budaya Muslim Indonesia terhadap adat dan kepercayaan lokal. Film ini sukses karena menyajikan cerita yang resonan secara budaya dan psikologis.


Demikian juga dengan genre ruqyah—pengusiran jin dalam cerita horor Islami—menjadi inovasi unik karena menyesuaikan dengan pengalaman dan kepercayaan masyarakat Muslim Indonesia. Film seperti *Qodrat* bahkan menggabungkan unsur supernatural dan kearifan lokal dalam format superhero, membuktikan bahwa ‘Urf menjadi inspirasi penting dalam pembuatan karya yang dekat di hati penggemar.


**Kesimpulan**


Kreativitas di Indonesia selalu turut dilandasi oleh ‘Urf, sebagai kekayaan budaya yang tak ternilai. Dari tradisi lebaran yang penuh makna hingga film horor yang memanfaatkan folklore dan kepercayaan lokal, semua menunjukkan bahwa ‘Urf adalah sumber kekayaan yang tak pernah habis untuk dijelajahi dan dikembangkan. Melalui inovasi dan kearifan lokal inilah, Indonesia mampu mempertahankan identitasnya sekaligus berkembang dalam dunia modern yang penuh tantangan.


Dengan memahami dan menghargai ‘Urf, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan karya dan tradisi yang relevan dan bermakna bagi generasi mendatang. Lebaran bukan sekadar perayaan, tetapi juga saatnya kita merenungkan bahwa kreativitas dan kearifan lokal adalah kunci utama dalam membangun identitas bangsa yang kuat dan berbudaya tinggi.

Sunday, 16 March 2025

20 tahun “Macet”!

Macet (2005) adalah film dokumenter  Ekky Imanjaya pertama, yang ia sutradarai bersama rekan-rekannya.

Ekky membuat film ini di sela-sela tugasnya sebagai wartawan di D’Maestro. Hal ini membuatnya punya akses ke Nicholas Saputra dan Dian Sastro, yang ia turut wawancarai.

Film ini diproduseri oleh Dyah Indrapati dan Bobby Batara, koleganya kala itu di dunia jurnalisme.

Editornya adalah Darwin Nugraha yang kala itu tinggal di Jogjakarta.  

Saat mengedit itulah, Ekky bertemu dengan Ismail Basbeth, yang saat itu belum terjun ke dunia film. Basbeth pun menyumbangkan satu lagu yang khusus dibuat untuk film ini, bersama bandnya, Reflection of Reality. Judulnya Yogya betul: Tecam.



Lagu lainnya yang masuk adalah 100 km/jam (Brandals), Aku Cinta J.A.K.A.R.T.A (C'mon Lennon), dan lagu tema: Macet (Project Pop).

Film ini dinobatkan sebagai “best Documentary on urban transport trip in Asia”, sebuah ajang kontes video yang dikelola oleh GTZ Sustainable Urban Transport Project (SUTP), Bangkok, 2006.. 

Film ini juga diputar di Public Access Festival 2007 (Seoul) dan Festival Film Dokumenter 2005, atas kurasi Boemboe Forum.

Trims juga kepada Hard Rock FM yang mengizinkan syuting GMHR, saat penyiarnya Lucy Wiryono-Melaney Ricardo

Setelah 20 tahun, agaknya isu macet masih saja relevan di Jakarta.


Setelah itu, Ekky meyutradarai dokumenter pendek SOB (Senjakala Orde Baru, 2006), penugasan dari jurusan Sejarah UNJ; dan The Tielmans (2010) tentang Andy Tielman dan keluarganya dari band indorock The Tielman Brothers. Pada 2020, bersama Nayla Majestya, Ekky membuat video essay What Makes A Film A Pocong Film; serta  Gus Dur Bapak Tionghoa Indonesia, yang merupakan hasil dari proyek inisiatif Peranakan. Semuanya film dikumenter pendek,


Pada 2024, Ekky menjadi co-produser film dokumenter panjang Suzzanna: the Queen of Black Magic (David Gregory, 2024).

Simak film Macet di sini:



Sunday, 9 March 2025

Terima Kos Putri: Rawamangun (Jakarta Timur) (Foto)

Terima Kos Khusus Putri.


Belakang Arion Mall, Rawamangun, Jakarta Timur

Dekat Universitas Negeri Jakarta (UNJ),  Kawasan Industri Pulo Gadung, Kelapa Gading.


Fasilitas

- Satpam komplek 24 jam +CCTV. 

- Daerah tenang, aman, hijau.

- Dekat Terminal Bis Rawamangun, Halte TransJakarta (Busway)  dan LRT.

- Free Wifi

-  Parkiran motor


A. Kamar Mandi Luar:

Fasilitas 

1. Kamar Mandi Luar (untuk 3 orang) 

 2. TV, Kulkas,  (bersama)

3.Bisa cuci baju dan  gosok sendiri.


(A1) Kamar Mandi Luar Non AC: Rp .800K/bln 

 




(A2) Kamar Mandi Luar  AC: Biaya Rp.1.700K/bulan







Jika  ada tambahan peralatan elektronik/listrik lain, maka   ada bantuan biaya listrik Rp.50K per bulan.



B. Kamar Mandi Dalam

B1. Kamar Mandi Dalam non AC: Rp 800K/bln








Hubungi: Pak Eko (0811960830) 


#Indekost #Kost #IndekosJaktim #IndekostJaktim #KostPutriJaktim #IndekostPutriJaktim #IndekostPutri #KostPutri #JakartaTimur #Rawamangun