January
Harry Potter Studio, 24 January 2015
March
SCMS, Montreal, 25-29 March
Plaridel journal, special issue
(as guest editor), late March 2015. (complete title: "The Bad, The Worse,
and The Worst: TheSignificance
of Indonesian Cult, Exploitation, and B Movies", untuk jurnal Plaridel: A
Philippine Journal of Communication, Media, and Society, Volume 1, Issue No. 2; 2014)
A Talk at Harvard University, 30 March
May
Student Award UEA Engagement Award , 15 May
July
Public Engagement
Prizes, UEA Graduate School Prizes 2015, 14 July
August
Henry Jenkins’s Talk, IKJ, Jakarta, 5 August
September
Finished writing the first draft of my thesis, early
September
Medina went to school (Reception), September
Medina passed Toilet Training completely
Doctor Who series 9,
19 September – 5 December
October
Workshop on Indonesian Cinema as SOAS, University of London (as
co-organizer and presenter), including as a chair for Pete Tombs Talk, 3-5 October
November
I discovered and love Banksy’s Works
December
Medina started to spell and read books! December
Resolution of 2016:
1.
Viva, or, at least, submit the
final draft of my doctoral thesis
2.
Publish a proper scholarly
paper(s) in, at least, one journal.
Wish list of 2016:
1.
Cardiff Doctor Who studio
2.
Liverpool’s Beatles tour
Catatan Tahun 2015:
Keluar dari Zona Nyaman.
Tahun ini, saya sekeluarga mengalami banyak kejadian yang, boleh
disebut, keluar dari Zona Nyaman. Pertama, kami pindah ke Bristol, dari Norwich.
Dalam bidang akademis, supervisor saya menyarankan saya
untuk mempresentasikan bab-bab saya di dua dari konperensi terbaik di bidang
Kajian Film, yaitu SCMS (Society for Cinema and Media Studies) dan MECCSA
(Media, Cultural, and Communication Studies Association), dan saya berhasil
melaksanakanya. SCMS, sejauh ini, adalah konperensi terbaik yang pernah saya
ikuti. Saya mendapatkan jaringan-kerja yang sangat luas dan kelas dunia. Panel
saya didatangi oleh orang-orang yang ahli di bidangnya, yang sebelumnya saya cuma
tahu di media social, atau baca karyanya (misalnya, Kate Egan, Austin Fisher,
dan Johnny Walker ). Dan,lebih banyak lagi nama besar yang saya temui
(Barbara Klinger, Linda Williams, Tom Gunning, Andrew Dudley, Matt Hill, dan
banyak lagi), yang sebelumnya Cuma saya ketahui lewat bacaan-bacaan saja.
Mengapa “keluar dari Zona NYaman?”, karena keduanya adalah yang terbaik di
bidang kajian sinema, dan kajiannnya lebih umum sifatnya (tidak seperti
Cine-Excess, atau Global Exploitation Cinema, yang sangat spesifik ke topik
tesis saya, misalnya), dan tidak banyak akademisi di bidang kajian sinema tahu
tentang sinema Indonesia. Sebaliknya, sedikit sekali akademisi dari Kajian Area
(Kajian Indonesia, atau Asia Tenggara) yang minat dengan sinema.
Dan, alhamdulillah, saya 2 penghargaan
dari kampus saya, University of East Anglia (UEA), yaitu Student Award (UEA engagement award)
dan Public Engagement Prize (UEA Graduate School Prizes 2015).
front cover of Plaridel Journal i guest-edited |
Tahun ini pula, saya mendapat kehormatan untuk berkorespondensi
dan menjadi salah satu panitia serta menjadi moderator dari Henry Jenkins,
salah satu tokoh utama di bidang fan culture studies, aca/fan, dan participatory culture.
Urusan non-akademis juga tak kalah menarik tahun ini. Yang
paling berkesan adalah mengunjungi Studio Harry Potter, dan menikmati seri
terbaru Doctor Who (Semoga saya bisa mengunjungi studionya di Cardiff, tahun
depan).
Kekurangan saya, salah satunya, adalah kebanyakan konperensi
(buat networking juga) serta membuat acara-acara (termasuk co-organizer di
Workshop on Indonesian Cinema di SOAS dan London Indonesian Film Screenings), dan kurang fokus pada penerbitan paper
di jurnal. Jadi, salah satu resolusi utama saya tahun 2016 adalah menerbitkan
salah satu (atau dua) bab dalam tesis saya di jurnal ilmiah internasional. Resolusi kedua
utama saya: lulus kuliah, atau
setidaknya menyerahkan draft final tesis saya.
Tetapi tak ada yang lebih membahagiakan saya daripada
melihat Medina, anak saya yang baru berusia 4 tahun itu, selesai fase toilet
training. Dan kini, dia sedang sibuk membaca (tepatnya; mengeja) buku cerita. Medina juga suka sekali dengan dongeng dan
buku cerita. Buku horror pertamanya adalah Killer Gorilla. Dia senang
ditakut-takuti dengan buku itu. Bukan takut dalam arti “takut” sewaktu menonton
Doctor Who (yang ada banyak makhluk anehnya), tapi takut-takut senang nagih
gitu. J
Terima kasih semuanya! Terima kasih kepada para tamu yang berkunjung! Alhamdulillah
Sampai ketemu di tahun 2016.
No comments:
Post a Comment