(resensi pendek berbahasa Indonesia, lihat bawah)
Inside Out
Lelaki Harapan Terakhir/ Men Who Saved the World
Kurt Cobain: Montage of Heck
Mad Max: Fury Road
Jurrasic World
PK
PK
Indonesia
Siti (Eddie Cahyono)
The Look of Silence (Joshua Oppenheimer)
Filosofi Kopi (Angga Sasongko)
Pendekar Tongkat Emas (Ifa Isfansyah)
As a state-funded
student with a family , I have very limited time (and money) to watch movies. and It is even more difficult for me to watch Indonesian films,
Thus, I missed many movies: Carol, Crimson Peak, Macbeth, Steve Jobs, Bridge of
Spies, It Follows, Tehran Taxi, Assassin,
Tjokro, , A Copy of My Mind, Toba Dreams, Kapan Kawin?, And I deliberately exclude Star Wars Episode VII: The Force Awakens and Spectre.
4. Kung Fu Panda 3
5. Suicide Squad
6, The H8tful
7. Fantastic Beast and Where to Find Them
8. Ip Man 3
9. The Assasin
10. Joko Anwar's A Copy of My Mind
11. Bachtiar Siagian's Violetta
12. Mo Brothers' Headshot
13. Gareth Evans' Blister
14. Yosef Anggi Noen's biopic of Wiji Tukul
15. Angga Sasongko's biopic of Munir
15. Angga Sasongko's biopic of Munir
Resensi Singkat
Non-Indonesia
Lelaki Harapan Dunia (Liew Seng Tat)
Film ini begitu pas untuk menafsirkan Indonesia kiwari. Seluruh
penduduk pria membopong sebuah rumah (dalam artian literal), dan percaya begitu
saja dengan mitos, berita burung, tanpa mencoba verifikasi dan berbaik sangka. Dan
balutan komedi (hitam) di film ini adalah pilihan senjata yang jitu. Lihat saja aksi para pria macho yang menyamar sebagai ibu-ibu bertudung..
Inside Out
Sudah lama saya tidak
menitikkan air mata saat menonton. Dan film ini--sepertinya karena kesederhanaan dan kedekatan cerita dengan keseharian--berhasil membuat saya terharu,
berkali-kali.
Kurt Cobain: Montage of
Heck
Mad Max: Fury Road
Film ini menciptakan
sendiri semestanya dengan reka-percaya tingkat tinggi. Dan kisah yang bagus,
ditambah penggambaran karakter-karakternya yang kuat dan liyan, tentu mengundang banyak penafsiran, seperti
halnya dalam film ini.
Jurrasic World
Tujuan utama film ini,
menurut saya, adalah membuat penontonnya seperti berada dalam roller-coaster,
mau dibuat tegang, dibikin terkejut. Dan, bagi saya, itu berhasil.
PK
Film Bollywood ini juga sukses membuat saya terharu. Idenya cukup unik, seorang alien yang buta soal agama dan budaya melakukan "riset" yang terpaksa ia lakukan (agar bisa pulang), dan hasilnya: ia menyimpulkana tentang definisi agama dan keberagamaan, dengan gayanya yang "asing" dan tak lazim. Sci-fi ala E.T. bertemu genre film religi!
Film Bollywood ini juga sukses membuat saya terharu. Idenya cukup unik, seorang alien yang buta soal agama dan budaya melakukan "riset" yang terpaksa ia lakukan (agar bisa pulang), dan hasilnya: ia menyimpulkana tentang definisi agama dan keberagamaan, dengan gayanya yang "asing" dan tak lazim. Sci-fi ala E.T. bertemu genre film religi!
Indonesia
Siti
Adegan awalnya saja adalah magnit: penggerebekan karaoke oleh sekelompok polisi. Dan kita pun diajak untuk mengeksplorasi Yogya dari “pintu belakang”.
Selain cerita, sinematografinya yang memilih untuk hitam putih berhasil memperkuat kisah kemandirian srikandi modern.
The Look of Silence
Saya lebih suka film ini dari pada The act of Killing. Di film ini--berbeda dengan TAOK yang cenderung one dimensional approach, merayakan sang jagal, dan lebih berkutat pada “bagaimana” daripada “mengapa”--kedua belah pihak (yang dibunuh dan yang membunuh), dipertemukan dan terjadi dialog. Dan penonton dipersilahkan memaknainya.
Filosofi Kopi
Cerita yang renyah. Dan dua karakter utamanya yang saling bertolak belakang, Jody dan Ben, begitu natural dan sangat “tektok”. Dan keduanya, serta El, bermuara pada tiga hal: kopi, passion, dan orang tua.
Pendekar Tongkat Emas
Film silat selalu menjadi favorit saya. Dan Sumba Timur begitu menghipnotis.
No comments:
Post a Comment