Karena jarang
menonton film di bioskop, agak susah bagi saya untuk membuat daftar film
terbaik. Apalagi tidak semua film yang ditonton itu adalah film-film baru. Karena itu, saya menamakan daftar ini “film
favorit sepanjang 2013”, yaitu film-film yang baru saya tonton di tahun ini
yang menjadi favorit saya.
Mengapa favorit:
satu, karena saya suka (enjoyment). Dua, karena film itu membuat saya berpikir atau merenung. Tiga,
karena adegan-adegannya (atau pengalaman menontonnya) masih menempel di benak.
Berikut daftarnya:
1.
Dial
M for Murder (3D)
Versi 3D film ini hanya dirilis di kalangan sangat terbatas saat itu. Karena
bioskop 3D kala itu sudah banyak yang bangkrut dan penonton mengeluh sakit
kepala saat memakai kacamatanya. Film Hitchcock
satu-satunya yang 3D. dan memang luar biasa efeknya. Beruntung sekali menonton film ini. Jadi pengen
nonton film-film 3D dari tahun 1950an yang rata-rata film fantasi, sci-fi, dan
monster.
2.
The
Rocky Horror Picture Show
Awalnya karena penasaran, mengingat studi saya adalah kajian film cult. Begitu
menonton langsun jatuh cinta. Pertama, oleh semangat interaktif penontonnya. Bayangkan:
setiap pasangan “normal” itu hadir, langsung diteriaki “ass hole!” dan “slut!”.
Nyaris setiap nama pasangan itu disebut.
Kedua, tentu dengan karakter-karakternya yang ganjil plus ceritanya yang juga
ganjil (sci-fi gaya Frankenstein campur alien dan musical). Dan terakhir, tentu
saja adalah lagu-lagunya. Tidak hanya sing along dan quote along, para
penontonnya juga mengomentari dialog dan adegan jelek, dan membawa peralatan
interaktif untuk diperagakan mengikuti adegan (nasi saat adegan nikah, sarung
tangan, pistol air untuk adegan hujan, dll).
3.
Belenggu
(Shackled)
Inilah salah satu film terbaik di genre popular generasi 1998. Apa yang
dibangun Joko Anwar lewat Kala dan Pintu Terlarang, dan dipertegas oleh Rumah
Dara dan The Raid, disempurnakan di film ini oleh Upi. Cerita yang sukar
ditebak (walau memakai “kelinci” sebagai
bagian dari cerita, seperti banyak dipakai film lain), acting yang menawan, dan
nilai produksi yang diatas rata-rata. Saat diputar di All-Nighters di Terracotta
Film Festival, film ini adalah yang terbaik.
film ini sudah beredar dalam format DVD di UK, diedarkan oleh Terracotta.
4.
Something
in the Way
Membahas film bertema Islam dari Indonesia tidak akan lengkap tanpa film
ini, juga film pertama (Lovely Man) dan film terakhir yang akan dibuat tahun
2014 (Naked). Sekali lagi, Teddy Soeraatmaja mengupas kisah dilemma moral
seorang manusia biasa saja, yang dikaitkan dengan seksualitas, agama, dan
kemunafikan. Kita bisa melihat perubahan-perubahan tabiat tokoh-tokoh utamanya.
Kali ini, sang sutradara menggali tema-tema yang terkesan remeh temeh namun
akrab dalam keseharian penduduk (Muslim) Indonesia: masturbasi.
5.
The
Jazz Singer
Salah satu film pertama yang kental dengan nuansa keagamaan. Jika The Birth of A Nation mengetengahkan isu
kontroversial seputar KKK, film ini tidak mengarah ke hal sensitive, tapi lebih
kepada dialektika seni budaya Yahudi dan
secular yang diwakili Broadway. Film bicara pertama di dunia ini menerapkan
cerita tiga babak yang sederhana, namun mengena ke banyak penontonnya, saat itu
dan kini. Karena, tema keluarga dan hubungan anak-bapak adalah topik yang tak
pernah kering dari haru biru.
6.
Cloud
Atlas
Tiga sutradara menjahit beberapa cerita dengan ciamik. Selain ceritanya
yang canggih dan njelimet, tentu saja nilai lebih harus diberikan pada bagian
art khususnya make-up dan seni peran. Bersama dengan Django Unchained dan
Lincoln, film ini berbicara soal kebebasan dan perbudakan.
7.
The
World’s End
Orang Inggris, khususnya sutradara film ini, memang gila. Walau tidak
sekuat dua film sebelumnya, tapi trilogy Es Krim ini tidak kalah gokil dan
seru, khas lelucon orang British.
8.
Pacific
Rim
Film Robot dan Del Toro, dan
beberapa monster sekelas Godzilla, sebuah kombinasi yang tak bisa tidak
menarik perhatian pencinta Voltus V seperti saya.
9.
Les
Miserables
Cukup lama saya tidak merinding saat menonton film, dan
senandung-senandung di film musical ini tidak hanya membuat bulu kuduk berdiri,
tapi emosi juga seperti diseret masuk ke dalam cerita.
10.
Django
Unchained
Sebagai penggemar Tarantino, saya cukup terpuaskan dengan pendekatan
grindhouse ala Django jaman baheula, kekerasan yang bersimbah darah, dan cerita
serta gaya bertutur yang unik.
11.
Lincoln
Semangat Spielberg untuk kembali ke masa Lincoln begitu detil. Dan visinya
terhadap anti perbudakan begitu kental. Pun
dengan cerita yang tak hanya memperlihatkan sisi jagoan dan super, tapi juga kekurangan
yang manusiawi. Dan hal ini didukung acting yang mumpuni
Saya ketinggalan Gravity, Zero Dark Thirty,
Blue is the Warmest Color, Nebraska, Rush, Captain Philip, Hobbit 2, Anchorman
2, Only God Forgives, dan banyak lagi.
yang mengecewakan: The Conjuring, Iron Man 3,
Texas Chainsaw 3D
Semoga tahun depan bisa lebih banyak menonton
di bioskop.F